TEMPO.CO, Jakarta -Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) menunda doa bersama atas peserta aksi 21-22 Mei 2019 yang tewas dalam demonstrasi yang berujung kerusuhan di beberapa titik di Jakarta.
Anggota Persaudaraan Alumni (PA) 212 Bernard Abdul Jabbar mengatakan, acara tersebut diundur mengingat belum ada surat pemberitahuan resmi.
Baca : Kerusuhan 22 Mei, Mereka Tak Ada Kabar Setelah Ditangkap Polisi
"Tidak ada hari ini karena memang surat pemberitahuannya belum ada. Jadi diundur hari Rabu lusa," kata Bernard saat dihubungi, Senin, 27 Mei 2019.
GNKR disebut sudah menyatu dengan PA 212. Dewan Pembina Majelis Syuro DPP Front Pembela Islam (FPI) Muchsin Alatas sebelumnya menyampaikan, segala unjuk rasa yang digelar GNKR mendapat dukungan organisasi yang tergabung di PA 212.
Suasana pasca kerusuhan aksi 22 Mei di sekitaran wilayah MH. Thamrin, Jakarta, Kamis, 23 Mei 2019. ANTARA
Bernard menuturkan doa bersama bakal digelar di depan kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI pada Rabu, 29 Mei 2019. Menurut Bernard, GNKR tidak mengundang keluarga korban, pejabat, atau politikus. Dia mempersilakan siapa pun untuk menghadiri doa bersama, baik warga, pejabat, atau politikus.
Doa bersama, dia melanjutkan, merupakan bentuk kepedulian GNKR terhadap korban kerusuhan 22 Mei. Hal itu mengingat delapan orang tewas dan ratusan luka-luka. Bahkan, Bernard berujar, masih ada massa yang hilang.
"Untuk mengenang kembali peristiwa yang kemarin terjadi di Bawaslu" ucap dia.
Massa menggelar aksi di depan kantor Bawaslu pada 21-22 Mei 2019. Mereka memprotes hasil Pemilu 2019. KPU telah menetapkan pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin sebagai pemenang dalam pilpres pada Selasa dinihari, 21 Mei 2019.
Baca : Ada Warga Ragukan Andri Bibir di Video Viral Brimob Brutal
Aksi 21-22 Mei yang semula damai berubah ricuh dan berujung kerusuhan. Massa dan polisi mulai bentrok pada Selasa malam, 21 Mei 2019 di sekitaran Tanah Abang, Jakarta Pusat. Hingga hari ini, delapan orang meninggal.